Manunggaling Kagoblokan

Manunggaling Kagoblokan

PADA bahagianya kesempatan ini saya ingin berbagi serial tulisan Dialogoblok di blog ini. Ceritanya berkisah tentang keseharian dua manusia bernama Gob dan Blok. Mereka dipertemukan di sebuah warung kopi, Warung Mbok Nom, yang sering duo makhluk ini sambangi hampir setiap hari. Biasanya mereka ngobrol tentang apa saja yang sedang ramai dibicarakan. Kalau tidak ada yang ramai? Ya mereka sendiri bakal membikinnya jadi ramai.

Dalam kesehariannya, Gob dan Blok merupakan rakyat yang masuk dalam kategori golongan bawah. Tak jelas apa pekerjaan mereka sehari-hari. Kadang kerja sebagai ini atau bisa juga sebagai itu. Ini semua tergantung kondisi mereka saat ditulis. Saya maunya mereka gimana, ya jadinya begitu itu mereka ini.

Nama yang menjadi identitas mereka cukup satu suku kata saja: Gob dan Blok. Tak ada nama tengah maupun nama akhir. Tak ada gelar akademis, gelar keningratan, apalagi gelar keagamaan macam kiai, haji, syekh, maupun ustadz. Nama mereka ujug-ujug begitu itu. Tak ada yang tahu nama asli dua manusia ini. Pernah ada yang bertanya nama sebenarnya tokoh imajinasi ini. Namun mereka lebih suka dengan nama Gob dan Blok. Katanya lebih filosofis.

Apalagi jika nama mereka disatukan, menjadi ‘Goblok’. Kata yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Indonesia yang artinya kira-kira bodoh. Dengan manunggal-nya nama mereka, lengkap sudah kegoblokan alias kebodohan mereka. Karena memang begitu itu maksud penamaan karakter ini. Saat manusia merasa bodoh, saat itulah mereka lapar akan jawaban.

Menjadi bodoh tak selamanya buruk. Karena dengan (merasa) bodoh, manusia bakal selalu belajar biar pintar. Semakin dia pintar, semakin dia sadar masih ada Yang Maha Pintar. Maka dari itu, teruslah merasa bodoh biar tak cepat puas. Kalau sudah (merasa) pintar mah ngapain belajar lagi. Apalagi ilmu tak melulu diperoleh dari bangku sekolah thok. Ilmu ada di mana-mana, termasuk warung kopi sekalipun.

Yoi, warung kopi merupakan salah satu tempat kesukaan Gob dan Blok untuk bertemu. Kalau sudah larut dalam pekatnya kopi, hal apapun bakal mereka jadikan bahan obrolan. Mulai dari yang jelas sampai nggak jelas pasti mereka sikat. Karena sejatinya dalam diri mereka ini juga masih belum jelas tentang kejelasan Gob dan Blok dalam mencari penjelasan. Kopi hitam yang mereka hirup semakin merangsang untuk aktif ngoceh, bertanya, menjawab, tertawa, bahagia, sedih, melamun, dan sebagainya.

Monggo bagi siapa saja yang pengin buang waktu menyempatkan diri baca serial ini. kisahnya sih sebenarnya belum pantas dipertontonkan karena masih minim kualitas. Kalau saya bilang tulisan dan ceritanya bagus, ya saya bakal berhenti menulis. Ngapain menulis kalau sudah bisa menulis? Makanya saya selalu merasa tulisan ini jelek dinilai dari banyak aspek. Dengan demikian, kalau ada waktu senggang selalu saya sempatkan diri dengan menulis. Biar semakin bagus tulisannya. Betul?

Matur nuwun pada siapa saja yang sudi meluangkan waktu berharganya hanya untuk membaca serial Dialogoblok ini. Padahal membaca karya fiksi maupun nonfiksi karya orang-orang hebat tentu lebih banyak manfaatnya. Apalagi kalau membaca kitab suci, wuuuiiih, manfaatnya besar sekali. Lebih besar daripada baca cerita yang mengisahkan tentang kebodohan ini.

Selamat membaca dan membuang waktu!

8 Comments Add yours

  1. ardianreza says:

    ndak sabar nunggu…

    1. dimassku says:

      Jangan, lebih baik nunggu detik-detik kamu jadi papi saja. Lebih menegangkan! Heuheuheuheu

  2. ardianreza says:

    dan oh iya, ‘membaca’ (italic) kitab suci emang manfaatnya besar sekali, tapi kalau sesudah dipahami, dikerjakan, lalu disampaikan 🙂

    1. dimassku says:

      Maksud membaca (italic) bukan melulu tentang teks yang tertulis di kitab suci. Tapi menurut saya di luar teks kitab suci, masih banyak hal yang bisa bermanfaat bagi kita yang mungkin nilainya sama dengan seperti kita membaca teks yang tertulis di kitab suci.
      Setuju, kitab suci harus dipahami, dikerjakan, lalu disampaikan. Tapi kalau dalam pemahamannya saja sudah banyak yang berbeda-beda dan ujung-ujungnya saling ngotot mempertahankan ‘kebenaran’ yang mereka yakini atas tafsir kita suci, how? Apalagi sampai mengkafir-kafirkan, membid’ah-bid’ahkan, bahkan ada yang sampai tega menghilangkan nyawa orang yang berbeda tafsir.

      1. ardianreza says:

        ya ya ya… sepakat.
        itu mungkin fase memahaminya juga belum tuntas. sudah tahu sedikit, langsung merasa paling tahu, bukannya lebih rendah diri dan semakin sadar bahwa dirinya tidak tahu. mungkin

  3. ardianreza says:

    dan kamu keren, karena saya mah sudah lama ingin nulis, tapi belum dimulai aja. goblok!

    1. dimassku says:

      Jangan bilang saya keren. Nanti justru orisinalitas kekerenan saya malah berkurang.
      Oh iya, tolong ‘Balada Budi dan Dole’ dihidupkan lagi. Serial DialoGoblok saya ini salah satu inspirasinya berangkat dari sana.

      1. ardianreza says:

        iya, mau. tapi pelan-pelan ya. doakan saja. sekarang lebih banyak proyek yang mau dikerjakan. tau sendiri lah, sudah bukan bujang.
        dan sekarang mah mau di wordpress saja, karena beberapa alasan

Leave a reply to dimassku Cancel reply